Saturday 7 January 2012

ANTARA HAK DAN KEWAJIPAN.

Oleh Dr Yusuf al-Qardhawy


Masalah yang seringkali diungkit-ungkit, dikritik dan dikemukakan dalam ideologi dan sistem pada zaman sekarang adalah masalah hak manusia. Hak ini diangkat Islam dan dijadikan sebagai kewajipan yang suci, yang boleh mengakibatkan dosa dan seksa dari Allah jika diabaikan.

Ada perbezaan nyata antara hak yang termasuk dalam ruang mubah atau menurut pilihan, yang memungkinkan bagi seseorang untuk meninggalkannya jika dia menghendaki, dengan kewajiban yang tidak ada pilihan bagi mukallaf untuk meninggalkan atau melalaikannya tanpa ada alasan yang diterima syariat.

Sesuatu yang menjadikan orang Muslim sentiasa sebagai politisi, kerana dengan sebab imannya dia dituntut agar tidak hidup untuk dirinya sendiri, tanpa mahu memperhatikan masalah dan kesulitan orang lain, terutama sesama orang Mukmin, yang didasarkan kepada ukhuwah iman.

"Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu adalah bersaudara." (Al-Hujurat: 10)

Dalam hadis disebutkan:

"Barangsiapa tidak memperhatikan urusan orang-orang Muslim, maka dia bukan termasuk golongan mereka, dan barangsiapa tidak menjadi pemberi nasihat bagi Allah, Rasul-Nya, para pemimpin orang-orang Muslim dan orang-orang awam di antara mereka, maka dia termasuk golongan mereka. Sesiapa pun penghuni suatu rumah yang di tengah mereka ada seseorang yang kelaparan, maka mereka telah terlepas dari perlindungan Allah dan Rasul-Nya." (Diriwayatkan At-Tabrani)[3]

Di samping mewajibkan orang Muslim untuk memberi makan orang miskin, Al-Qur`an juga mewajibkannya menganjurkan orang lain berbuat hal yang sama, tidak seperti orang-orang Jahiliyah yang dicela di dalam Al-Qur`an:

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim, dan kalian tidak mengajak memberi makan orang miskin." (Al-Fajr: 17-18)

Al-Qur`an menganggap sikap mengabaikan masalah ini sebagai bukti pendustaan terhadap agama:

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang mengherdik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." (Al-Ma`un: 1-3)

Bahkan Al-Qur`an mengaitkan hal ini dengan kekufuran kepada Allah dan layak mendapat seksa yang pedih di akhirat:

"Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar, dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin." (Al-Haqqah: 33-34)

Dalam masyarakat kapitalis, jika hak orang-orang miskin dan lemah diabaikan, pasti akan menyebabkan revolusi dan pemberontakan terhadap orang-orang kaya. Di samping orang Muslim dituntut untuk memerangi kezaliman sosial, dia juga dituntut untuk memerangi kezaliman politik, atau kezaliman apa pun nama dan bentuknya. Jika hanya bersikap pasif dalam menghadapi kezaliman dan meremehkannya, maka semua lapisan umat akan menanggung akibatnya, bagi orang yang zalim mahupun bagi orang-orang yang dizalimi. Firman Allah (yang bermaksud):

"Dan peliharalah dirimu daripada seksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian." (Al-Anfal: 25)

Al-Qur`an mencela orang-orang yang tunduk kepada para pemimpin yang zalim dan sewenang-wenang, yang menuruti apa keinginan mereka, seperti firman-Nya tentang kaum Nuh:

"Dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian semata." (Nuh: 21)

Al-Qur`an berbicara tentang kaum Hud:

"Dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran)." (Hud: 59)

Al-Qur`an berbicara tentang kaum Fir`aun:

"Maka Fir`aun mempengaruhi kaumnya, lalu mereka patuh kepadanya. Kerana sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik." (Az-Zukhruf: 54)

Bahkan Al-Qu`Ran menganggap kecenderungan dan perasaan simpati yang ditujukan kepada orang-orang yang zalim saja sudah mengakibatkan seksaan dari Allah:

"Dan, janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan." (Hud: 113)

Islam membebani setiap orang Muslim dengan tanggungjawab politik, iaitu hidup di daulah yang pemimpinnya orang Muslim, menetapkan perkara dengan Kitab Allah dan dibaiat orang-orang untuk melakukan hal ini. Jika tidak, maka tak ada bezanya dengan orang-orang Jahiliyah. Disebutkan dalam sebuah hadis sahih:

"Barangsiapa mati sedang di lehernya tidak ada baiat kepada seorang pemimpin, maka dia mati secara Jahiliyah." (Diriwayatkan Muslim)

p/s : setiap dari kita mempunyai tanggungjawab dalam membangunkan masyarakat.



_________________________
I added cool smileys to this message... if you don't see them go to: http://s.exps.me

No comments:

Post a Comment